Sumber Gambar: hitamandbiru.blogspot.com
Hari Pendidikan Nasional yang selalu diperingati pada 2 Mei baru saja berlalu. Namun,
apa yang kita lihat pada hari itu? tak banyak yang berubah, dari tahun ke
tahun, potret pendidikan di negeri ini seolah tak menunjukkan kemajuan yang
berarti. Tahun demi tahun terus berganti, namun fakta ‘miris’ masih saja banyak
ditemui. Bahkan, tak perlu jauh-jauh hingga ke luar Jawa, di pulau Jawa yang
menjadi “katanya” menjadi “jantung” pendidikan di negeri ini pun masih banyak
kejadian yang memprihatinkan. Lihat saja, ketika sebagian anak-anak sekolah
pergi menuntut ilmu dengan akses pendidikan yang relatif mudah, di sebagian
yang lain kita masih menemukan sebuah “perjuangan” lain demi mengenyam
pendidikan. Melintasi jembatan darurat, menyeberangi derasnya arus sungai, naik
turun bukit menjadi sebuah pemandangan “miris” yang terjadi di negeri ini.
Sebuah perjuangan anak negeri atas nama niat besar dan luhur demi cita-cita dan
mimpi-mimpi besar mereka.
Di Lebak Banten misalnya, sebuah potret kecil buramnya pendidikan negeri ini
bisa kita temui. Setiap hari mereka harus melewati seutas tali baja menantang
derasnya arus, demi mengenyam pendidikan demi masa depan. Sedih, ketika
anak-anak itu harus bertaruh nyawa demi berangkat ke sekolah. Dan yang semakin
membuat prihatin adalah fakta jika hal ini bukan hanya terjadi di Lebak, Banten
saja, tetapi ini terjadi juga di beberapa sudut negeri ini.
Sementara itu, hal memprihatinkan juga bisa kita temui ketika kita melihat
banyak liputan di media massa tanah air yang menyuguhkan fakta sebagian
anak-anak Indonesia masih harus belajar di sekolah yang yang kurang atau bahkan
kurang layak. Banyak sekolah yang rusak dan nyaris roboh masih menjadi tempat
belajar para siswa kita, tidak hanya itu, sebagian juga masih merasakan belajar
ditempat-tempat darurat, entah itu di pengungsian, barak, kandang ternak, rumah
warga, rumah/tempat ibadah dan tempat-tempat yang kurang layak lainnya menjadi
catatan tersendiri dalam dunia pendidikan kita.
Sisi gelap pendidikan kita, bukan sebatas pada sarana prasarana pendidikan dan
akses menuju pendidikan saja. Dalam hal sistem pendidikan pun juga selalu
menjadi sorotan banya kalangan. Masih segar dalam ingatan kita, carut marut
Ujian Nasional (UN) tingkat SMA sederajat dan SMP sederajat beberapa waktu lalu
juga semakin menambah daftar hitam sistem pendidikan. Dalam hal pengajaran pun,
di negara kita semua pelajar seolah dituntut untuk menguasai semua bidang atau
mata pelajaran, tentunya dengan “nilai” sebagai ukurannya. Itulah mengapa saat
ini pendidikan ditempuh hanya berorientasikan pada nilai akhir yang diperoleh
bukan lagi berorientasi pada seberapa besar ilmu yang bisa didapat dan
diterapkan.
Kian mahalnya biaya pendidikan saat ini, semakin menambah catatan hitam
pendidikan. Ketika akses pendidikan bagi rakyat miskin semakin terpinggirkan
oleh mahalnya biaya yang harus mereka keluarkan. Meskipun memang saat ini
bantuan pendidikan bagi rakyat miskin dari pemerintah mengalami kenaikan dari
tahun ke tahun, namun tetap saja belum berarti besar bagi pendidikan kita.
Terlebih lagi ketika tuntutan hidup semakin mendesak mereka untuk lebih memilih
mencari sesuap nasi dari pada bersekolah.
Selain itu, potret lain juga dapat menunjukkan tentang kesejahteraan sebagian
tenaga pendidikan di Indonesia. Masih banyak guru-guru di Indonesia yang masih
mendapatkan gaji minim dan jauh dibawah standar kebutuhan hidup layak. Dengan
segala kebesaran hati, mereka masih berkenan memikul tugas mulia mencerdaskan
kehidupan bangsa dan memberantas kebodohan. Meskipun tidak memungkiri realitas
bahwa mereka juga membutuhkan gaji yang layak agar juga bisa hidup dengan
sejahtera.
Dan saya rasa ini hanyalah sekelumit potret buramnya pendidikan di negara kita,
dan saya rasa masih banyak sisi-sisi gelap lainnya yang belum saya tuliskan di
sini. Harapan saya, semoga dengan seiring bergulirnya waktu, pendidikan kita
semakin mengalami kemajuan hingga cita-cita luhur “mencerdaskan kehidupan
bangsa” bisa benar-benar terwujud di negeri kita tercinta. Aamiin...
Maju terus Pendidikan Indonesia!
“Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani...” ~ Ki
Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan Nasional Indonesia)
0 komentar:
Posting Komentar