Sabtu, 04 Mei 2013

Sebuah Renungan Potret Kelam Pendidikan


Sumber Gambar: hitamandbiru.blogspot.com

                Hari Pendidikan Nasional yang selalu diperingati pada 2 Mei baru saja berlalu. Namun, apa yang kita lihat pada hari itu? tak banyak yang berubah, dari tahun ke tahun, potret pendidikan di negeri ini seolah tak menunjukkan kemajuan yang berarti. Tahun demi tahun terus berganti, namun fakta ‘miris’ masih saja banyak ditemui. Bahkan, tak perlu jauh-jauh hingga ke luar Jawa, di pulau Jawa yang menjadi “katanya” menjadi “jantung” pendidikan di negeri ini pun masih banyak kejadian yang memprihatinkan. Lihat saja, ketika sebagian anak-anak sekolah pergi menuntut ilmu dengan akses pendidikan yang relatif mudah, di sebagian yang lain kita masih menemukan sebuah “perjuangan” lain demi mengenyam pendidikan. Melintasi jembatan darurat, menyeberangi derasnya arus sungai, naik turun bukit menjadi sebuah pemandangan “miris” yang terjadi di negeri ini. Sebuah perjuangan anak negeri atas nama niat besar dan luhur demi cita-cita dan mimpi-mimpi besar mereka.
                Di Lebak Banten misalnya, sebuah potret kecil buramnya pendidikan negeri ini bisa kita temui. Setiap hari mereka harus melewati seutas tali baja menantang derasnya arus, demi mengenyam pendidikan demi masa depan. Sedih, ketika anak-anak itu harus bertaruh nyawa demi berangkat ke sekolah. Dan yang semakin membuat prihatin adalah fakta jika hal ini bukan hanya terjadi di Lebak, Banten saja, tetapi ini terjadi juga di beberapa sudut negeri ini.
                Sementara itu, hal memprihatinkan juga bisa kita temui ketika kita melihat banyak liputan di media massa tanah air yang menyuguhkan fakta sebagian anak-anak Indonesia masih harus belajar di sekolah yang yang kurang atau bahkan kurang layak. Banyak sekolah yang rusak dan nyaris roboh masih menjadi tempat belajar para siswa kita, tidak hanya itu, sebagian juga masih merasakan belajar ditempat-tempat darurat, entah itu di pengungsian, barak, kandang ternak, rumah warga, rumah/tempat ibadah dan tempat-tempat yang kurang layak lainnya menjadi catatan tersendiri dalam dunia pendidikan kita.
                Sisi gelap pendidikan kita, bukan sebatas pada sarana prasarana pendidikan dan akses menuju pendidikan saja. Dalam hal sistem pendidikan pun juga selalu menjadi sorotan banya kalangan. Masih segar dalam ingatan kita, carut marut Ujian Nasional (UN) tingkat SMA sederajat dan SMP sederajat beberapa waktu lalu juga semakin menambah daftar hitam sistem pendidikan. Dalam hal pengajaran pun, di negara kita semua pelajar seolah dituntut untuk menguasai semua bidang atau mata pelajaran, tentunya dengan “nilai” sebagai ukurannya. Itulah mengapa saat ini pendidikan ditempuh hanya berorientasikan pada nilai akhir yang diperoleh bukan lagi berorientasi pada seberapa besar ilmu yang bisa didapat dan diterapkan.
                Kian mahalnya biaya pendidikan saat ini, semakin menambah catatan hitam pendidikan. Ketika akses pendidikan bagi rakyat miskin semakin terpinggirkan oleh mahalnya biaya yang harus mereka keluarkan. Meskipun memang saat ini bantuan pendidikan bagi rakyat miskin dari pemerintah mengalami kenaikan dari tahun ke tahun, namun tetap saja belum berarti besar bagi pendidikan kita. Terlebih lagi ketika tuntutan hidup semakin mendesak mereka untuk lebih memilih mencari sesuap nasi dari pada bersekolah.
                Selain itu, potret lain juga dapat menunjukkan tentang kesejahteraan sebagian tenaga pendidikan di Indonesia. Masih banyak guru-guru di Indonesia yang masih mendapatkan gaji minim dan jauh dibawah standar kebutuhan hidup layak. Dengan segala kebesaran hati, mereka masih berkenan memikul tugas mulia mencerdaskan kehidupan bangsa dan memberantas kebodohan. Meskipun tidak memungkiri realitas bahwa mereka juga membutuhkan gaji yang layak agar juga bisa hidup dengan sejahtera.
                Dan saya rasa ini hanyalah sekelumit potret buramnya pendidikan di negara kita, dan saya rasa masih banyak sisi-sisi gelap lainnya yang belum saya tuliskan di sini. Harapan saya, semoga dengan seiring bergulirnya waktu, pendidikan kita semakin mengalami kemajuan hingga cita-cita luhur “mencerdaskan kehidupan bangsa” bisa benar-benar terwujud di negeri kita tercinta. Aamiin...
                Maju terus Pendidikan Indonesia!
                “Ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani...” ~ Ki Hajar Dewantara (Bapak Pendidikan Nasional Indonesia)

0 komentar:

Posting Komentar